SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS
(KATAK)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berbeda dengan tumbuhan, hewan mempunyai daya gerak, cepat
tanggap terhadap rangsang eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, memerlukan
makanan dalam bentuk kompleks dan jaringan tubuhnya lunak. Setiap individu,
baik pada hewan yang uniseluler maupun pada hewan yang multiseluler, merupakan
suatu unit. Hewan itu berorganisasi, berarti setiap bagian dari tubuhnya
merupakan subordinate dari individu sebagai keseluruhan, baik sebagai bagian
satu sel maupun seluruh sel.
Sistem saraf merupakan suatu sistem yang mengatur kerja
semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem saraf itu bekerja
untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk
menaggapi rangsangan tadi. Setiap rangsangan-rangsanga yang kita terima melalui
indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan
tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang terjadi di dalam
tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil koordinasi yang
rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh.
Sistem saraf pada hewan terbagi atas dua yakni sistem saraf hewan tak bertulang belakang dan
sistem saraf hewan bertulang belakang
struktur dan bentuknya masing-masing tetapi sistem saraf hewan tak bertulang
belakang (Avertebrata) dan sistem saraf hewan bertulang belakang (Vertebarata)
memiliki kesamaan fungsi, dimana sistem sarah berfungsi untuk megnatur
dan mengendalikan kerja alat-alat tubuh, mengetahui perubahan ang terjadi pada
lingkungannya, serta mengatur dan mengendalikan tanggapan terhadap rangsangan
yang datang dari lingkungan. Sistem sarah hewan bertulang belakang
(Vertebrata) seperti hewan mamalia, burung, amfibi, ikan, sedangkan
sistem sarah pada hewan tak bertulang belakang (Avertebrata) adalah cacing,
serangga, ubur-ubur dan Hydra sp.
Sistem saraf
adalah jaringan sel-sel saraf dan, pada kebanyakan hewan termasuk juga otak.
Dalam vertebrata, juga termasuk sumsum tulang belakang. Jenis sel utama yang
ditemukan dalam sistem saraf adalah neuron, yang memiliki sel tubuh, yang
mengandung inti, dan ekstensi panjang untuk membawa informasi dari satu bagian
tubuh ke bagian lain.
Sistem saraf
memiliki dua fungsi utama yang sangat penting dalam mempertahankan hidup
organisme. Pertama, reseptor sensorik memungkinkan organisme untuk memantau
lingkungan eksternal dan mendeteksi perubahan yang terjadi (misalnya,
peningkatan suhu). Sistem saraf kemudian mengaktifkan struktur seperti otot dan
kelenjar, yang memungkinkan organisme untuk merespon dengan tepat terhadap
perubahan lingkungan (misal mengaktifkan kelenjar keringat saat suasana panas
matahari). Kedua, sistem saraf juga memonitor lingkungan internal organisme,
mengendalikan denyut jantung sehingga cukup darah dikirim ke organ, atau
mengukur tingkat gizi untuk sinyal ketika organisme perlu untuk mendapatkan
makanan.
Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta
indera dan sistem endokrin (hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas
bagi hewan, karena sistem saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf
yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin
komplek sistem sarafnya.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam laporan praktikum
ini adalah bagaimana gerakan refleks yang dikendalikan oleh otak dan medulla
spinalis.
C.
Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui macam-macam reflex yang
dikendalikan oleh otak dan medulla spinalis.
BAB
II
DASAR
TEORI DAN HIPOTESIS
A.
Dasar
Teori
Gerakan reflex adalah gerakan yang
dilakukan tanpa sadar merupakan respon setelah adanya rangsang. Gerak refleks
akan berhubungan dengan saraf-saraf yang ada dalam tubuh. Secara normal
seseorang pasti akan mengalami gangguan pada system sarafnya. Pada umumnya
gerak refleks berlangsung terhadap stimulus yang berasal dari luar tubuh, gerak
refleks bukanlah gerak dibawah kesadaran dan kemauan, tetapi gerak yang
disadari namun pelaksanaan serta respon yang ditimbulkan tidak terpikirkan
lebih dulu (Yatim, 2007).
Refleks regangan adalah refleks dengan
satu sinap pada lengkung refleksnya. otot sekelet besar terdiri atas banyak
kumparan otot. Kumparan otot merupakan organ
sensori tanpa untuk mendeteksi perubahan panjang dan tekanan dari
serabut otot. setiap kumparan berisi serabut otot modifikasi yang disebut
serabut intrafusal. Pada bagian tengah setiap serabut intrafusal mempunyai
reseptor regangan mekanik, yang berhubungan
dengan saraf sensori . peregangan otot mengaktifkan reseptor regangan,
meneruskan rangsang kesaraf yang menuju korda spinalis. Dalam kodra spinalis,
terminal kumparan serabut sensori membuat kontak eksitatori langsung dengan
sinap neuron alfa motorik yang megurus otot yang sama. (Ratna, 1996).
Dalam pengertian sehari-hari refleks
dapat digambarkan sebagai respon yang spontan dan otomatik terhadap suatu
rangsang tanpa melibatkan otak. Dalam pengertian yang lebih luas, refleks
merupakan mekanisme yang memulai semua aktifitas tubuh. Contoh refleks dalam
pengertian sehari-hari adalah menutupnya kelopak mata dengan cepat bila ada
benda yang mengenai mata, refleks baru akan terjadi bila didukung oleh lengkung
refleks. Lengkung refleks pada umumnya terdiri dari reseptor, neuron, sensorik,
pusat saraf, neuron motorik, dan efektor. Lengkung saraf yang sederhana hanya
melibatkan dua rangkaian neuron antara reseptor dan efektor atau hanya
mempunyai sebuah sinapsis antara neuron sensorik dengan neuron motorik dan
disebut lengkung refleks monosinaptik misalnya pada lutut, jika lengkung saraf
melibatkan satu atau lebih neuron penghubung antara neuron sensorik dan neuron
motorik disebut lengkung refleks polisinaptik (Zulkarnain, 2011).
System saraf manusia mengandung paling
tidak 10 bilion sel saraf yang merupakan komponen dasar system saraf. System
saraf meliputi otak, sumsum tulang belakang ganglion dan saraf. Unit structural
dan fungsional dari system saraf adalah sel saraf atau neuron. System saraf
dikelompokkan menjadi dua yaitu system
saraf pusat dan system saraf tepi atau perifer. Setem saraf pusat terdiri dari
otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan system saraf tepi terjadi atas semua
saraf yang letaknya diluar sumsum tulang belakang (Pagarra, 2010).
Sel saraf bekerja dengan cara
menimbulkan dan menjalarkan impuls. Impuls dapat menjalar pada sebuah sel
saraf, tetapi dapat pula menjalar ke sel lain dengan melintasi sinaps.
Penjalaran impuls melintasi sinaps dapat terjadi dengan cara transmisi elektrik
atau transmisi kimiawi (dengan bantuan neurotransmitter) (Wiwi, 2006)
B.
Hipotesis
Berdasarkan dasar teori yang telah diuraikan di atas,
maka hipotesis praktikum ini adalah system saraf pusat sebagai pengendali gerak
refleks.
BAB
III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Pukul : 07.30
– 11.30 Wita
Hari : Rabu
Tanggal : 6
Januari 2016
Tempat : Laboratorium
Biologi STKIP Muhammadiyah Bulukumba
B.
Alat
dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah :
a. Papan
dan alat seksi
b. Aquarium
(bak plastic)
c. Lampu
spiritus/bunsen
d. Thermometer
e. Gelas
piala (600 cc)
f. Alat
penghitung
g. Korek
api serta pinset
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah air, kapas, dan katak (Rana
cancarivora).
C.
Prosedur
Kerja
adapun
prosedur kerja di dalam melakukan praktikum ini adalah :
1. Katak
normal
a. Letakkan
katak dengan posisi normal pada papan, mengamati kepala, mata dan anggota
geraknya.
b. Hitung
frekuensi pernafasan per menit dengan cara menghitung gerakan kulit pada rahang
bawah.
c. Amati
keseimbangan dengan cara:
·
Letakkan katak dalam posisi terlentang
pada papan , memutar papan secara horizontal, mengamati posisi dan gerak
kepalanya, mata dan anggota geraknya.
·
Miringkan papan perlahan-lahan sehingga
kepala katak sedikit terangkat.
d. Masukkan
katak kedalam bak berisi air, mengamati cara berenangnya.
e. Keluarkan
katak dari air, meraba kekenyalan otot kakinya.
f. Letakkan
katak pada posisi normal kembali. Tarik salah satu kakinya ke belakang, mereba
kekenyalan oto kaki tersebut dan kemudian malapaskannya.
g. Cubit
jari kaki dengan pinset. Apa yang terjadi ?
h. Masukkan
salah satu kaki kedalam gelas piala berisi air (suhu kamar), kemudian
memanaskannya. Pada suhu berapa katak bereaksi ?
i.
Masukkan jari kaki yang lain ke dalam
air panas (± 80ºC). Apa yang terjadi ?
2. Katak
coba 1
a. Rusak
otak katak dengan single-pithing, mengistirahatkan katak selama 5-6 menit untuk
menghilangkan spinal shock.
b. Beri
Perlakuan seperti pada katak normal. Amati refleks yang terjadi!
3. Katak
coba 2
c. Rusak
otak katak dengan double-pithing.
d. Beri
Perlakuan seperti pada katak normal. Amati refleks yang terjadi!
D.
Pengumpulan
Data
1. Data
Sumber
data praktikum ini adalah katak (Rana
cancarivora), sedangkan jenis data yang diperoleh berupa refleks yang
terjadi pada katak setelah diberi perlakuan, baik itu perlakuan pada katak
normal, katak coba 1 (single pithing)
dan katak coba 2 (double pithing).
2. Metode
pengumpulan data
a. Metode
observasi dan identifikasi
Mengamati
dan mengidentifikasi refleks yang terjadi pada katak. Dimana gerak refleks
dikendalikan oleh system saraf pusat yaitu otak dan medulla. Pengamatan pada setiap katak hasilnya dicatat dalam lembar
pengamatan. Pengidentifikasian setiap gerak refleks yang terjadi pada katak yang
diidentifikasi disandingkan dengan literatur berupa buku dan internet.
b. Melakukan
pengambilan gambar pada tiap-tiap sampel yang ada
Setelah
diamati, objek/sampel tersebut praktikan melakukan pengambilan gambar pada tiap-tiap sampel yang ada dengan
menggunakan kamera.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka
diperoleh data yang meliputi macam-macam refleks yang terjadi pada katak. Adapun
data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1.
Katak normal
a.
Posisi Normal
Kepala
: mendonga
Mata:
sayup
Alat
gerak tungkai depan : terlipat dan jari-jari terbuka
Alat
gerak tungkai belakang : terlipat dan jari-jari terbuka
b.
Frekuensi
pernafasan : 90 per menit
c.
Keseimbangan
Setelah
diputar katak mengikuti arah putaran
Kepala
: mendonga
Mata:
sayup
Alat
gerak tungkai depan : terlipat dan jari-jari terbuka
Alat
gerak tungkai belakang : terlipat dan jari-jari terbuka
Posisi
ketika papan dimiringkan
Kepala
: mendonga
Mata:
sayup
Alat
gerak tungkai depan : terlipat dan jari-jari terbuka
Alat
gerak tungkai belakang : terlipat dan jari-jari terbuka
d.
Cara berenang :
berenang dengan aktif
e.
Otot kaki :
kenyal
f.
Reaksi pada saat
dicubit : melompat
g.
Reaksi pada saat
dipanaskan
Sebelum
dipanaskan pada suhu kamar normal : tidak ada reaksi
Ketika
dipanaskan pada suhu 80ºC : bereaksi dengan menarik kakinya
2.
Katak coba 1 (single-pithing)
a.
Posisi Normal
Kepala
: mendonga
Mata:
sayup
Alat
gerak tungkai depan : terlipat dan jari-jari terbuka
Alat
gerak tungkai belakang : terlipat dan jari-jari terbuka
b.
Frekuensi
pernafasan : 80 per menit
c.
Keseimbangan
Setelah
diputar katak mengikuti arah putaran
Kepala
: mendonga
Mata:
sayup
Alat
gerak tungkai depan : terlipat dan jari-jari terbuka
Alat
gerak tungkai belakang : terlipat dan jari-jari terbuka
Posisi
ketika papan dimiringkan
Kepala
: mendonga
Mata:
sayup
Alat
gerak tungkai depan : terlipat dan jari-jari terbuka
Alat
gerak tungkai belakang : terlipat dan jari-jari terbuka
d.
Cara berenang :
berenang dengan aktif
e.
Otot kaki :
kenyal
f.
Reaksi pada saat
dicubit : melompat
g.
Reaksi pada saat
dipanaskan
Sebelum
dipanaskan pada suhu kamar normal : tidak ada reaksi
Ketika
dipanaskan pada suhu 80ºC : bereaksi dengan menarik kakinya
3.
Katak coba 2 (double-pithing)
a.
Posisi Normal
Kepala
: mendonga
Mata:
sayup
Alat
gerak tungkai depan : terlipat dan jari-jari terbuka
Alat
gerak tungkai belakang : terlipat dan jari-jari terbuka
b.
Frekuensi
pernafasan : 85 per menit
c.
Keseimbangan
Setelah
diputar katak mengikuti arah putaran
Kepala
: mendonga
Mata:
sayup
Alat
gerak tungkai depan : terlipat dan jari-jari terbuka
Alat
gerak tungkai belakang : terlipat dan jari-jari terbuka
Posisi
ketika papan dimiringkan
Kepala
: mendonga
Mata:
sayup
Alat
gerak tungkai depan : terlipat dan jari-jari terbuka
Alat
gerak tungkai belakang : terlipat dan jari-jari terbuka
d.
Cara berenang :
berenang dengan tidak terlalu aktif
e.
Otot kaki :
kenyal
f.
Reaksi pada saat
dicubit : tidak ada respon
g.
Reaksi pada saat
dipanaskan
Sebelum
dipanaskan pada suhu kamar normal : tidak ada reaksi
Ketika
dipanaskan pada suhu 80ºC : bereaksi dengan menarik kakinya
1. Gambar Katak Normal
2. Katak coba 1 (single-pithing)
3. Katak coba 2 (double-pithing)
B.
Pembahasan
Salah satu contoh hewan amfibi adalah katak. Sistem
saraf katak tersusun atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Hewan
tersebut memiliki otak depan, otak tengah, otak belakang, dan sumsum lanjutan
yang membentuk suatu sistem saraf pusat, sedangkan serabut-serabut saraf yang
berasal dan sela-sela ruas tulang belakang membentuk suatu sistem saraf tepi. Otak
besar berkembang memanjang sehingga berbentuk oval. Ujung depan otak besar
berhubungan dengan indra pencium. Otak tengah berkembang cukup baik dan
berhubungan dengan indra penglihat (lobus
optikus). Otak kecil berbentuk lengkung mendatar menuju ke arah sumsum
lanjutan dan kurang berkembang dengan baik.
Berdasarkan
hasil pengamatan pada katak, dapat diketahui bahwa katak dalam keadaan normal
saat diberi perlakuan maka terjadi refleks secara spontan atau automatik.
Sedangkan pada katak yang telah dirusak otaknya dengan double-pithing keadaan mata dan kepalanya sama dengan katak normal namun saat diberi
perlakuan yang sama dengan katak normal tidak terjadi gerakan refleks atau dengan kata lain katak tersebut
tidak lagi beraksi.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat
disimpulkan bahwa Sistem saraf berfungsi untuk mengoordinasikan seluruh
aktivitas pada tubuh hewan. Sel penyusun sistem saraf dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu sel saraf/neuron dan sel glia. Sel neuron berfungsi untuk menerima
dan meneruskan impuls, sedangkan sel gliaberfungsi untuk mendukung struktur dan
funsi sel neuron, tetapi tidak terlibat secaralangsung dalam proses perjalanan
impuls.
Sel saraf bekerja dengan cara
menimbulkan dan menjalarkan impuls (potensi aksi). Impuls dapat menjalar pada
sebuah sel saraf, tetapi dapan menjalar ke sel lain dengan melintasi senaps.
Penjalaran ini dapat terjadi dengan cara transmisi elektron atau transmisi
kimiawi
B.
Saran
Demikianlah laporan praktikum ini tentunya ini semua
jauh dari kesempurnaan , kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan demi
perbaikan laporan praktikum ini agar lebih baik. Dan akhirnya , semoga semua
apa yang kitapelajari bisa bermanfaat bagi orang lain dan khususnya bagi diri
kita dan terutama bagi perkuliahan Fisiologi Hewan supaya kita bisa menambah
khasanah ilmu dan menambah pengetahuan, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar